Apa yang telah direncanakan selama ini bagi para PNS yang berniat "test kantong uji mental" untuk maju pada Pemilukada 9 Desember 2015 membuat nyalinya menjadi ciut.
Kalau jauh hari sebelumnya begitu kuat gaungnya, sampai sampai Berita PALI mencantumkan 25 nama kandidat Cabup/Cawabup PALI kini lenyap tanpa kabar berita karena takut pada satu kata " berhenti dari PNS" nya. Inilah yang saya istilahkan mau bunuh diri tapi takut mati.
Pengecualian pada Ir.H.Heri Amalindo,MM mantan Pejabat Bupati PALI ini sudah mantapkan hati mundur alias pensiun dini dari PNS nya untuk maju pada Pemilukada PALI 9 Desember 2015 nanti.
Memang wajar, karena hingga saat ini seperti hasil pengamatan Berita PALI belum ada kompetitor yang mengungguli popularitas Heri Amalindo terlepas dari rasa suka atau tidak suka, realitanya nama Heri berada dipuncak rivalitas nama-nama peminat Cabup-Cawabup lainnya.
Hanya saja waktu delapan bulan bukan waktu yang sebentar, sementara Issue politik bisa berubah dalam hitungan detik.Perhelatan Akbar dipanggung politik PALI nantinya akan mengerucut seperti gunung. Dimana saya percaya akan saling berhadapan antara kompetitor yang menyatukan diri dengan mereka yang kepentingan politiknya tidak terakomodasi dengan baik. Atau istilah kerennya antara mereka yang sepakat,sepaham dan satu kepentingan dengan pihak sebelah yang mendeklarasikan "sepakat untuk tidak sepakat"
Saat ini yang sedang in adalah ramai-ramai ingin menjadi "pengantin wanita" nya Heri Amalindo.Maka seperti PPP dalam Muscabnya memutuskan "Mengusung Heri Malindo, mengusulkan Erka", begitupun di tubuh Partai Golkar nama Irwan ST banyak disebut untuk mendampingi Heri, dengan alasan bahwa suara Pendopo atau Talang Ubi sudah separohnya suara PALI.
Tapi satu hal, saya percaya semua parpol sudah pasang strategi untuk menggoalkan jagonya. Terutama lewat jalur resmi yakni berdasarkan hasil Muscab/Musda masing-masing. Karena berdasarkan AD/ART itulah Keputusan tertinggi Partai dan berdoa saja tidak banjir "rekomendasi" seperti pada pemilukada sebelumnya.
Tapi dialam demokrasi ini saya sependapat dengan aristoteles bahwa : "suara rakyat adalah suara tuhan" Dan membaca karakteristik masyarakat PALI ada fenomena " money politik" dan janji program/proyek sudah membudaya dalam setiap pemilihan. Baik Pileg, pilkades, maupun pemilukada.
Saya berpesan memang kalau masih sayang dengan gaji bulanan dan tunjangan jabatan yang sudah ada jangan pertaruhkan PNS mu, tapi kalau sudah berkomitmen untuk calon dari independen jangan pula meraih formulir parpol itu namanya "hati yang mendua" seperti telenovela nya Brazil hahahaha...
Tap surantap ndak ngatap tali e ako serekan,, ati kak la mantap aku tetap milih toko panutan... Sapeee payoooo ??? (PL)
nurul