Minggu, 26 Juli 2015

NAPAK TILAS

Foto :
Ferdian Andreas Lacony


Analisa politik :
" mengapa Heri pilih Ferdian Andreas Lacony? "

Pemilukada PALI yang akan diselenggarakan 9 Desember 2015 semakin mendekat. Satu letupan besar telah terjadi, banyak komponen masyarakat yang terkejut atas kemantapan hati seorang kandidat favorit Ir.H.Heri Amalindo memilih pasangan yang dijadikan " issue kedaerahan " dengan thema Bukan Putra PALI.

Kata-kata inilah yang digunakan sebagai senjata oleh lawan politik maupun BSH-nya untuk menurunkan popularitas Heri Amalindo. Namun Heri tidak bergeming untuk tetap menjadikan Ferdian Andreas Lacony,S.Kom.MM kader PDIP Sumatera Selatan. Yang sekarang digadang dengan istilah : "HAFAL" singkatan Heri Amalindo - Ferdian Andxreas Lacony.

Ada beberapa Analisa,mengapa Heri pilih FAL :

1.Petarung Sejati.

Istilah dari pendukung setia Heri Amalindo, rasanya kalau tidak fight (bertarung) tidak seru. Kalau pendamping Heri orang PALI sendiri akan hambar karena sudah dapat dipastikan Heri akan memenangkan Pemilukada.

2.Tidak mau mengambil resiko.

Heri cukup jeli dan pintar membaca situasi politik nasional, dan dirinya tidak mau jadi korban politik semata. Sebab PDIP saat ini adalah Partai Penguasa. Namun Heri sudah mengantisipasi agar bisa menumpulkan bargaining politiknya dengan cara lebih dulu merangkul Partai Pengusung dirinya hingga memenuhi syarat 5 kursi DPRD PALI.Seperti PAN, Nasdem, PBB, PKPI

Sedangkan jika ia mempasrahkan diri kepada Golkar atau PPP bisa jadi dirinya akan menjadi tumbal jika pada saat menjelang penetapan pasangan Bupati atau menjelang Pemilihan ada kekisruhan ditubuh kedua partai itu. Hal ini di iya kan oleh salah seorang kader PPP PALI ketika berbincang dengan BERITA PALI Bahkan Alex Noerdin pun memberi sinyal sama ketika Heri minta "restu" untuk menggandeng FAL.

3.Menghindari tekanan saat menjabat Bupati nanti.

Membaca dari karakteristik Heri Amalindo nampaknya ia tak mau nanti mendapat tekanan politik yang begitu besar dari kelompok atau orang-orang tertentu saat ia terpilih dan memimpin PALI nanti jika ia berpasangan dengan putra daerah akibat "politik balas budi" dan orang-orang yang merasa telah berjasa memenangkan dirinya dalam pemilukada.

4.Ujian Kesetiaan bagi Pendukung Heri.

Hal ini merupakan Ujian Kesetiaan bagi orang-orang yang selama ini telah berkomitmen mendukung Pencalonan Heri Amalindo.Yang tidak mempertanyakan siapapun calon pendampingnya.

5.Issue miring.

Adalah wajar jika banyak yang menentang, kecewa, sakit hati atas pilihan ini. Namun meski ada anggapan sementara bahwa PDIP paling suka menjadi orang kedua bagi figur yang dicap bermasalah.karena kader mereka bisa naik tatkala masalah itu menjadi penetapan peradilan.
Hal ini menurut kami merupakan issue sentral yang sarat makna dan kepentingan terutama dihembuskan oleh mereka yang kepentingannya tidak terakomodir.

6.Menghindari penghianatan politik..

Ada satu karakteristik masyarakat yang melapisi keraguan seorang Heri Amalindo, kebiasaan "nujah dai belakang" Sebab sudah umum di PALI seseorang yang merasa dirinya sudah besar acapkali melupakan sejarah. Artinya diragukan kesetiaan dan loyalitas. Buktinya sudah berkomitmen mau menerima siapapun pendamping Heri, akan tetap setia. Sekarang? Seperti terbakar jenggot... Menurut kami adalah lebih bijak diam saja, karena dengan menentang pilihan Heri berarti sama saja mengakui Kans Heri terpilih sebagai Bupati lebih besar dibanding kandidat lainnya.

7. Finansial dan dukungan publik

Meski banyak yang menentang Heri tetap pada keyakinannya, karena dirinya membaca bahwa selain partai penguasa di PALI sejarah mengungkap bahwa "kaum marhaen" adalah partai mayoritas. Hingga ada istilah "biar gepeng tetap banteng"

Selain itu kami percaya soal finansial, siapa yang lebih kuat? Jujur, masyarakat sudah lama rusak moralitas politiknya. Mulai dari Pilkades, Pileg, hingga ke Pemilukada dimasa lampau ada istilah " ada nah...ada nih.."

Sedangkan politik kekuasaan itu menurut aristoteles : " seluruh daya upaya untuk menggapai kemenangan, menghalalkan segala cara untuk menggapai kekuasaan." ini bukan urusan relegi dan moralitas. Menurut teman-teman politik PALI " maen ekar ijat gamat lagi mati-matian ndak menang, apelagi nyalon Bupati"

Maka dengan pertimbangan diatas,sah-sah saja seorang Heri Amalindo memilih "Ferdian Andreas Lacony" yang bukan orang PALI untuk menjadi pendampingnya, meski mereka yang punya kepentingan berat dan menentang keras keputusan ini

Yang kami sayangkan adalah mereka yang saat ini menentang pilihan Heri ini adalah mereka yang selama ini dikenal dekat dengan Heri dan telah banyak menikmati fasilitas selama 2 tahun menjabat Bupati PALI. Dimana setiap diwawancara oleh media selalu mengatakan " kami akan selalu mendukung, siapapun yang dipilih untuk menjadi pendampingnya"

Agar bening, kami hanya berharap bahwa pemilukada PALI nanti sukses aman lancar dan bahagia dimana tujuan ahirnya mewujudkan Negeri ini menjadi negeri relegius yang makmur dan sejahtera (PL)


Redaksi
BERITAPALI

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Komentar via Facebook