Sejumlah petani mengaku kecewa dengan harga jual sekarang ini, diperparah lagi tidak adanya toke saingan.(pembeli dari luar red) sehingga para petani tidak bisa meminta harga yang lebih tinggi.karena harga sudah dipatok sedemikian rupa.
Menurut Saipul(35)salah satu petani karet desa simpang tais mengaku Meski murah terjual di pasaran tapi masih tetap untung karena masih ada yang mau beli.walaupun harga tidak seperti apa yang diharapkannya namun terpaksa dijual karena untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
"Kami mau bagaimana lagi,terpaksa kami jual walau harganya tidak sesuai dengan harapan,inipun masih untung masih ada toke yang mau beli kalau tidak ada pembeli mau makan apa kami."Ungkapnya
Bukan hanya Saipul saja yang mengeluh namun senada dengan Erika(40)juga mengaku tidak tahu lagi harus kerja apa. Untuk mencari uang tambahan kebutuhan keluarga sehari harinya,Sementara jika dipertahankan sebagai penyadap karet sudah tidak menjanjikan.
"Kami sekarang bingung pak mau kerja apa,menyadap karet harganya sekarang tahu sendiri sementara untuk berali ke pekerjaan lain kami tidak ada,"Ujarnya
Sementara berdasarkan keterangan Neddy(37)toke karet lokal menyebutkan untuk pembelian dikalangan petani untuk getah mingguan(Basah)dirinya hanya berani beli dengan harga Rp 5.500 sampai 6000 ribu rupiah,sedangkan untuk getah kering bulanan hanya berani Rp 7000 sampai Rp 8000 per kilo gramnya.
Mengapa demikian karena menurutnya untuk membeli getah karet berdasarkan kwalitas getah dan kebersihan/mutu ball karet.maka ada perbedaan harga diantara petani, namun tidak menutup kemungkinan toke bisa mengalami rugi belum tentu mendapat untung.
Karena yang pertama biaya transportasi dan kedua menyusutnya getah dari 20 kilo gram bisa menjadi 17 kilo gram,dikarnakan saat membeli getah masih dalam keadaan mengandung air(basah)dan disimpan dahulu digudang kemudian baru dijual ke palembang setiap dua minggu sekali."Terangnya.(Hr)
Berita PALI